21 November, 2017

Amanat Pembina Upacara : Sopan Santun

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang Saya Hormati Ibu Kepala Sekolah beserta staf
Yang Saya Hormati Bapak / Ibu Guru
Dan Yang Saya Sayangi Siswa/Siswi yang berbahagia.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan amanat pembina upacara yang berjudul: Sopan Santun

Sopan santun adalah bersikap menghormati dan bertindak tenang dan halus. Orang yang memiliki sopan santun selalu bertindak sesuai dengan cara yang diterima oleh masyarakat, menunjukkan rasa hormat, peduli dan perhatian kepada orang lain. Contoh sopan santun misalnya: mengucap salam, menyapa teman atau orang lain yang lebih tua, tidak memotong bicara atau antrian, berbicara dengan suara yang pantas yaitu tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan. Tertib lalu lintas, mengucapkan terima kasih bila mendapat bantuan atau pertolongan. Mengucap maaf atau permisi bila meminta bantuan.

Lain lubuk lain ikan, lain padang lain belalang, lain daerah lain pula cara bersopan santun. Di beberapa daerah membelakangi orang tua dianggap sopan, tapi di daerah lain dianggap tidak sopan. Di suatu daerah, menatap mata ketika berbicara dianggap sopan, tapi di daerah lain, dianggap tidak sopan.

Sopan santun menyenangkan hati orang lain. Sehingga orang lain juga akan membalasnya dengan sikap yang sama. Berbicara dengan cara yang sopan, lebih mudah diterima oleh lawan bicara dibandingkan dengan cara yang tidak sopan. Keberhasilan akan lebih mudah diraih bila berbicara dan bertindak dengan sopan santun. Sebaliknya pertengkaran dan perselisihan akan selalu terjadi bila tidak menjaga sopan santun.

Sopan santun dimulai sejak kecil. Karena akan sulit jika dipelajari pada masa tua. Ibarat ranting pohon yang masih muda, yang masih bisa diluruskan. Tapi ranting yang tua akan patah bila dibengkokkan.

Demikianlah amanat pembina upacara pada hari ini
Terimakasih atas perhatiannya
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


  1. Pidato Upacara Bendera: Tentang Tata Krama
  2. Amanat Pembina Upacara: Tentang Etika
  3. Pidato Upacara Bendera: Terpuji
  4. Selanjutnya...

18 November, 2017

Amanat Pembina Upacara : Setelah UTS (Ulangan Tengah Semester)

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang Saya Hormati Ibu Kepala Sekolah beserta staf
Yang Saya Hormati Bapak / Ibu Guru
Dan Yang Saya Sayangi Siswa/Siswi yang berbahagia.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan amanat pembina upacara yang berjudul: Kegiatan Setelah UTS (Ulangan Tengah Semester)

Satu semester terdiri dari enam bulan. Ulangan tengah semester disingkat UTS adalah penilaian tengah semester atau mid semester. Tujuannya adalah mempersiapkan siswa dalam menghadapi ujian berikutnya yaitu ulangan akhir semester (UAS). UAS adalah penilaian akhir semester (PAS). Ujian akhir ini sangat mempengaruhi kenaikan kelas atau kelulusan siswa. Oleh karena itu sebelumnya perlu diakan pemanasan berupa UTS.

Untuk menghadapi ujian sebaiknya menggunakan prinsip 1 X 3, bukan 3 X 1. Maksudnya adalah sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Satu materi pelajaran dicicil selama tiga hari. Bukan tiga materi pelajaran yang gabungkan dalam satu hari. Belajar sedikit demi sedikit, lebih baik karena memberi kesempatan kepada otak dan tubuh untuk recovery. Bila otak dan tubuh tidak diberi kesempatan untuk recovery, maka akan drop dan sakit.

Hasil belajar tiga bulan dapat diketahui dengan UTS. Setelah UTS maka siswa dapat mengetahui hasil belajarnya selama ini. Hasil belajar tersebut berupa nilai yang menjadi acuan untuk kegiatan belajar selanjutnya. Tindak lanjut setelah  UTS sangat mendesak untuk dilakukan. Agar nilai rapor akhir semester dapat lebih meningkat.

Memperbanyak tubian terhadap mata pelajaran yang masih rendah nilainya, sangat penting. Bila tidak maka nilai UTS tersebut akan tetap rendah. Mengulangi pelajaran secara bertubi-tubi adalah kunci sukses dalam belajar. Semakin sering suatu pelajaran diulang-ulang, maka semakin mudah dihafal. Tentu saja dihafal sedikit demi sedikit. Seperti seikat sapu lidi, tidak dapat dipatahkan sekaligus. Tapi dipatahkan lidinya satu persatu.

Demikianlah amanat pembina upacara pada hari ini
Terimakasih atas perhatiannya
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

  1. Pidato Upacara Bendera: Menghadapi Ujian Sekolah
  2. Amanat Pembina Upacara: Tentang Kejujuran
  3. Pidato Upacara Bendera: Semangat Belajar
  4. Selanjutnya...

13 November, 2017

Amanat Pembina Upacara : Meraih Cita-cita

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang Saya Hormati Ibu Kepala Sekolah beserta staf
Yang Saya Hormati Bapak / Ibu Guru
Dan Yang Saya Sayangi Siswa/Siswi yang berbahagia.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan menyampaikan amanat pembina upacara yang berjudul: Meraih cita-Cita


Cita-cita adalah impian, keinginan, rencana atau harapan yang ingin diraih atau diwujudkan oleh seseorang. Setiap orang punya cita-cita. Ada yang cita-citanya kuat, ada pula yang tidak. Semakin kuat keinginannya, semakin terbuka jalan untuk meraih atau mewujudkannya. Ada seribu satu jalan bagi yang mau bersungguh-sungguh. Tapi ada seribu satu alasan bagi yang tidak mau. Di mana ada kemauan di sana pula ada jalan. Where there is a will there is a way. Oleh karena itu bercita-citalah setinggi langit. Apabila tidak bisa setinggi langit, maka cukup setinggi burung di langit. Apabila tidak bisa, maka cukup setinggi pohon kelapa. Apabila tidak bisa juga, maka cukup setinggi pohon mangga.

Seseorang yang sehat jasmani dan rohani bercita-cita ingin menjadi TNI/Polri. Bila tidak kesampaian, ia bisa menjadi satpam. Seseorang yang pintar, bercita-cita ingin menjadi dosen. Bila tidak kesampaian maka ia bisa menjadi guru. Seseorang yang suka menolong, bercita-cita menjadi dokter, bila tidak kesampaian, maka ia bisa menjadi bidan atau perawat.

Cita-cita diraih dengan proses belajar. Tidak ada seorangpun yang lahir langsung pintar. Seorang bayi, belajar berjalan, lalu belajar berbicara, lalu sekolah dan menjadi pintar. Oleh karena itu, tidak ada seorang bayi yang langsung jadi tentara dan punya pistol. Tapi bayi tersebut harus melalui proses belajar hingga dewasa dan jadi tentara.

Belajar dengan sungguh-sungguh di sekolah atau madrasah adalah jalan terbaik untuk menggapai cita-cita. Orang yang bersekolah lebih mudah meraih cita-cita dibandingkan dengan yang tidak bersekolah. Semakin tinggi sekolahnya, semakin dekat dengan cita-citanya. Orang yang memiliki cita-cita, hidupnya lebih bersemangat dan lebih sehat dibandingkan dengan orang yang tidak punya cita-cita. Penyakit akan lebih suka mendekati orang yang tidak punya cita-cita. Semua yang dimiliki bisa hilang. Tapi harapan dan cita-cita harus ada selama hayat dikandung badan. Mari gantungkan cita-cita setinggi langit.

Demikianlah amanat pembina upacara pada hari ini
Terimakasih atas perhatiannya
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

  1. Pidato Upacara Bendera: Semangat Belajar
  2. Amanat Pembina Upacara: Tentang Motivasi Belajar
  3. Pidato Upacara Bendera: Tentang Rajin Belajar
  4. Selanjutnya...